Air Cond.
Paul berdiri di depan ruang kerjanya. Kepalanya dicondongkan sedikit, agar bisa melihat jelas isi ruangan bekas gudang itu. Dia menatap ruang kerjanya sesaat; sedikit menunduk, mengambil rokok menyala yang di taruh di vas keramik tanah di samping kanan pintu keluar ruangan kerjanya itu, menghisapnya sedikit dan menaruhnya kembali
***
Vas keramik tanah itu sejak kemarin ditaruhnya diluar. Semenjak ada peraturan baru: No Smoking Environment, diterapkan di kantornya. Staf senior kantor (yang pasti tidak merokok) menerapkan secara sepihak aturan itu.
Buat Paul; tidak merokok bukan masalah. Menghormati orang lain; yang tidak merokok misalnya; adalah tugas yang dilakukan sehari-hari. Di rumah, di jalan, di atas angkot, dimana saja. Yang membuatnya gundah adalah; sebentar lagi ruang kerjanya akan dipasangi AC. Dia yakin; ini salah satu strategi agar dia dan teman-teman kerja lain; yang suka nongkrong; bercerita tentang kerja, ketidakdilan kantor, berdiskusi tentang apa saja (dan sambil merokok) di ruangannya pas istirahat makan siang, tidak lagi melakukan ritual itu.
***
Paul pindah ke ruangan bekas gudang ini 3 bulan yang lalu. Setelah ada pimpinan yang baru terpilih di kantornya; dan bersama dia menempati kantor lamanya; di ruangan atas, dan kemudian ada pertanyaan: Siapa yang mau pindah ke bawah?, Akhirnya Paul yang mengalah; karena tak mungkin dia membiarkan vice director kantornya menempati ruangan bawah tanah ini.
Ruangan seluas seperempat lapangan bola voly itu akhirnya menjadi tempatnya bekerja. Teman-teman kerja yang lain; juga memilih untuk menjadikan ruang kerjanya menjadi tempat kerja mereka. Kebetulan ada komputer bekas yang diperbaiki dan di taruh di ruangan-nya. Charles; driver kantor, kemarin belajar mengetik disitu. Di atas; jika teman-teman dari lapangan datang; mereka dilarang duduk di ruang tunggu, dekat sekretaris. Mereka bilang itu mengganggu!, ributlah, dan alasan-alasan lain - yang terkesan berlebihan – yang membuat mereka tidak betah. Jadilah ruangan kerja Paul menjadi benteng terakhir mereka kalau datang ke Kupang.
***
Paul hari ini sendiri. Teman-teman yang lain sudah kembali ke Atambua dan Betun. Dia masih berdiri di pintu ruang kerjanya. Membayangkan kalau kotak pendingin segi empat itu sudah terpasang kusen jendela; di samping kiri kepalanya. Dia takut. Karena itu berarti pintu kamar kerja harus selalu tertutup, no smoking, no chatting. Memang kotak itu bisa membuat udara ruang kerjanya menjadi sejuk; mengalahkan udara Kupang yang makin hari makin panas. But, selama ini tidak ada teman yang mengeluh..
Pasang,.. tidak pasang. Pasang,.. tidak pasang. Dia harus memberikan jawaban hari ini ke bagian administrasi. Di kantornya; hanya ruangan Paul saja yang belum terpasang air cond. Benar-benar benteng terakhir, the last resort! Hari ini; Paul harus berpikir keras; mencari alasan agar air con itu tidak dipasang di kantornya. Harus! Paul tidak akan menyerahkan benteng terakhirnya begitu saja!
***
Vas keramik tanah itu sejak kemarin ditaruhnya diluar. Semenjak ada peraturan baru: No Smoking Environment, diterapkan di kantornya. Staf senior kantor (yang pasti tidak merokok) menerapkan secara sepihak aturan itu.
Buat Paul; tidak merokok bukan masalah. Menghormati orang lain; yang tidak merokok misalnya; adalah tugas yang dilakukan sehari-hari. Di rumah, di jalan, di atas angkot, dimana saja. Yang membuatnya gundah adalah; sebentar lagi ruang kerjanya akan dipasangi AC. Dia yakin; ini salah satu strategi agar dia dan teman-teman kerja lain; yang suka nongkrong; bercerita tentang kerja, ketidakdilan kantor, berdiskusi tentang apa saja (dan sambil merokok) di ruangannya pas istirahat makan siang, tidak lagi melakukan ritual itu.
***
Paul pindah ke ruangan bekas gudang ini 3 bulan yang lalu. Setelah ada pimpinan yang baru terpilih di kantornya; dan bersama dia menempati kantor lamanya; di ruangan atas, dan kemudian ada pertanyaan: Siapa yang mau pindah ke bawah?, Akhirnya Paul yang mengalah; karena tak mungkin dia membiarkan vice director kantornya menempati ruangan bawah tanah ini.
Ruangan seluas seperempat lapangan bola voly itu akhirnya menjadi tempatnya bekerja. Teman-teman kerja yang lain; juga memilih untuk menjadikan ruang kerjanya menjadi tempat kerja mereka. Kebetulan ada komputer bekas yang diperbaiki dan di taruh di ruangan-nya. Charles; driver kantor, kemarin belajar mengetik disitu. Di atas; jika teman-teman dari lapangan datang; mereka dilarang duduk di ruang tunggu, dekat sekretaris. Mereka bilang itu mengganggu!, ributlah, dan alasan-alasan lain - yang terkesan berlebihan – yang membuat mereka tidak betah. Jadilah ruangan kerja Paul menjadi benteng terakhir mereka kalau datang ke Kupang.
***
Paul hari ini sendiri. Teman-teman yang lain sudah kembali ke Atambua dan Betun. Dia masih berdiri di pintu ruang kerjanya. Membayangkan kalau kotak pendingin segi empat itu sudah terpasang kusen jendela; di samping kiri kepalanya. Dia takut. Karena itu berarti pintu kamar kerja harus selalu tertutup, no smoking, no chatting. Memang kotak itu bisa membuat udara ruang kerjanya menjadi sejuk; mengalahkan udara Kupang yang makin hari makin panas. But, selama ini tidak ada teman yang mengeluh..
Pasang,.. tidak pasang. Pasang,.. tidak pasang. Dia harus memberikan jawaban hari ini ke bagian administrasi. Di kantornya; hanya ruangan Paul saja yang belum terpasang air cond. Benar-benar benteng terakhir, the last resort! Hari ini; Paul harus berpikir keras; mencari alasan agar air con itu tidak dipasang di kantornya. Harus! Paul tidak akan menyerahkan benteng terakhirnya begitu saja!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home